Assalamualaikum … Wr Wb
Pada
dasarnya kehidupan ini selaras seimbang antara segala sesuatu yang ada
didalamnya, yaitu makhluk hidup, ada manusia, hewan dan tumbuhan, dan semua
benda mati yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai peran dalam kehidupan ini.
Yang membuat lingkungan rusak dan tidak tertata lagi selain sang pencipta
adalah masalah siapa yang menduduki dan menjadi pemimpin di atasnya yakni
manusia.
Kalau lingkungan mau stabil berarti
manusia harus bisa menata kembali tatanannya dengan cara mendidik
manusia-manusianya agar dapat mengelola lingkungannya.
Lingkungan dan Kependudukan bisa
selaras apabila satu sama lain bisa seimbang. Dalam penerapan yang ada, pelaku
utamanya adalah manusia selaku penduduk, yang di fokuskan kepada pengelolaan
lingkungan melalui pendekatan pendidikan lingkungan mulai dari tingkat SD
hingga perguruan tinggi dan kepada masyarakat.
Lingkungan akan menjadi bumerang bila
kita tidak bisa mengelolanya dengan baik, akan mengancam keselamatan kita.
Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
: …
PLH adalah program pendidikan untuk
membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku
yang rasional serta bertanggung jawab terhadap alam dan terlaksananya
pembangunan yang berkelanjutan.(Mustofa).
Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup :
PLH adalah agar siswa memiliki pengetahuan,
sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan
dan lingkungan hidup. PLH bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan
mata pelajaran yang di integrasikan keberbagai mata pelajaran dalam kurikulum.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan pelaksanaan PLH dalam program sekolah melalui pendekatan terpadu.
Agar ini berhasil maka perlu
memperhatikan factor-faktor sebagai berikut:
- Perpaduan harus dilakukan secara tepat agar pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan perpaduan tidak mengalami perubahan susunan.
- Susunan pengetahuan yang jadi perpaduan berdasarkan kurikulum yang ada pada system persekolahan yang sedang berlaku.
- Mata pelajaran induk yang dipilih sebagai wadah perpaduan memiliki daya serap yang cukup. Adapun mata pelajaran yang utama sebagai wadah perpaduan adalah Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PENJAS dan Pendidikan Kewarga Negaraan.
Sekitar Lingkungan Kependudukan :
Dalam lingkungan tidak lepas dari dua
komponen biotik dan abiotik. Biotik didalamnya terdapat mahluk hidup termasuk
manusia, abiotik yaitu benda mati batu, tanah, matahari, anggin, air dan
sebagainya. Tetapi yang paling besar peranannya adalah manusia.
Manusia pada dasarnya sebagai mahluk
individu yang hidupnya ingin sendiri , tetapi manusia juga tidak lepas dari
orang lain dan lingkungan sekitar karena itu manusia disebut juga makhluk
sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri ia membutuhkan interaksi dengan
sesamanya.
Karena secara naluriah manusia selalu
ingin berkumpul dengan orang lain sebab memiliki akal yang sempurna. Segala hal
yang melibatkan dua orang atau lebih, melibatkan orang lain berarti sosial.
a. Individu dan Masyarakat
Manusia adalah salah satu makhluk yang
ada di dunia, tetapi manusia lebih sempurna dengan makhluk lainnya yang ada di
dunia. Karena adanya akal dan perbuatannyapun diatur oleh akal hanya sebagian
kecil diatur oleh naluri. Dengan akalnya itu manusia mempunyai pengetahuan dan
terus mengembangkan sehingga tercipta sesuatu hal yang baru dan lebih bermanfaat.
Namun potensial itu hanya mungkin menjadi kenyataan apabila individu yang
berpotensial bersangkutan saling berinteraksi dan hidup dalam suatu masyarakat
saling timbal balik dan saling melengkapi.
b. Kelompok Sosial
Kecenderungan manusia untuk
berkumpul/berkelompok timbul dari kesadaran manusia akan keinginan hidup saling
memerlukan. Pergaulan antar sesama manusia adalah kebutuhan dan dari
pengalamannya itu manusia harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan itu semua
tidak bisa dilakukan sendiri yakni harus ada timbal balik dari sesamanya
dilingkungan sosial tersebut, maka itu terjadilah interaksi sosial.
c. Hubungan Makhluk dengan Lingkungan
Lingkungan terdiri komponen biotik dan
abiotik. Biotik terdiri dari manusia, hewan dan tumbuhan. Abiotik terdiri dari
benda-benda tak bernyawa yang ada disekitar kita.
Antara makhluk yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan saling melengkapi, seperti manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan untuk keperluan pangan, butuh air untuk minum dan lainnya. Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup, butuh matahari dan sebagainya.
Antara makhluk yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan saling melengkapi, seperti manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan untuk keperluan pangan, butuh air untuk minum dan lainnya. Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup, butuh matahari dan sebagainya.
d. Penduduk dan Sumber Daya Alam (SDA)
Manusia hidup bersama unsur lingkungan
yang lainnya yakni sumber daya alam (SDA). SDA adalah segala sesuatu yang ada
di alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Jumlah penduduk makin meningkat berarti kebutuhannya juga meningkat. Dengan berbagai cara manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk memenuhi kebutuhan tetapi hasil dari pengetahuan dan IPTEK ada yang menguntungkan ada juga yang tidak.Menurut sifatnya SDA ada yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu kita harus waspada atas kelestarian SDA.
Agar SDA tetap lestari keberadaannya dibutuhkan pemeliharaan lingkungan dan tidak mudah tentunya, maka harus ada kesadaran seluruh warga dalam melestarikan lingkungan dan disini diperlukan pendidikan agar tiap individu bisa melakukannya.
Jumlah penduduk makin meningkat berarti kebutuhannya juga meningkat. Dengan berbagai cara manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk memenuhi kebutuhan tetapi hasil dari pengetahuan dan IPTEK ada yang menguntungkan ada juga yang tidak.Menurut sifatnya SDA ada yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu kita harus waspada atas kelestarian SDA.
Agar SDA tetap lestari keberadaannya dibutuhkan pemeliharaan lingkungan dan tidak mudah tentunya, maka harus ada kesadaran seluruh warga dalam melestarikan lingkungan dan disini diperlukan pendidikan agar tiap individu bisa melakukannya.
Masalah Lingkungan dan Kependudukan
Masalah lingkungan hidup adalah suatu
persoalan yang dihadapi semua bangsa di dunia baik bangsa yang maju dan
berkembang. Menurut Emil Salim (1986), sudah sejak lama masyarakat Indonesia
hidup akrab dengan lingkungan alam juga memiliki semangat kekeluargaan yang
besar dalam lingkungan sosial, dengan kata lain masyarakat Indonesia telah
menerapkan pola hidup yang serasi dengan lingkungan hidup.
Jumlah penduduk mempengaruhi
keseimbangan lingkungan, penyediaan sumber kekayaan lingkungan juga jadi tujuan
sebagai bahan pemenuhan kebutuhan hidup. Penggunaan tekhnologi dan ilmu
pengetahuan yang tidak tepat dapat mengganggu keseimbangan lingkungan,
peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan IPTEK akan diikuti oleh pemakaian
lahan.
Tekhnologi dan lingkungan :
Ilmu dan tekhnologi memberi peluang
kepada manusia untuk merubah lingkungan. Perubahan yang terjadi bisa secara
cepat atau lambat. Manusia menggunakan tekhnologi dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa pada hakikatnya tekhnologi
selain dapat membawa kesejahteraan dapat pula membawa bencana.
Pemakaian ilmu dan teknologi dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia memberikan efek samping tersendiri. Adanya
pabrik dan berbagai industri akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.
Dengan kata lain tekhnologi sangat bermanfaat bagi manusia, disamping itu juga
tekhnologi mempunyai dampak buruk.
Peran Pendidikan Lingkungan Hidup :
Proses belajar mengajar sebaiknya
dilakukan dengan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS). Dasar filosofis
mengajar dengan mengimpelementasikan pendekatan lingkungan alam sekitar adalah
dari Rousseau dan Pestalozzi.
Jean Jacques Rousseau (1712-1788),
mengatakan bahwa kesehatan dan aktifitas fisik adalah faktor utama dalam
pendidikan anak-anak. Rousseau percaya bahwa “anak harus belajar langsung dari
pengalaman sendiri, dari pada harus mendengarkan dari penjelasan buku”. Disini
lingkungan sangat berperan penting dalam proses pembelajaran.
Johann Heinrich Pestalozzi (1716-1827),
seorang pendidik berkebangsaan Swiss, dengan konsef “Home School”nya,
menjadikan lingkungan alam sekitar sebagai objek nyata untuk memberikan
pengalaman pertama bagi anak-anak. Pestalozzi juga mengajarkan ilmu bumi dan
alam sekitar kepada anak didiknya dengan fasilitas yang ada dilingkungan
sekitarnya dan menanamkan rasa tanggung jawab pada diri anak akan dirinya
sendiri juga lingkungan agar tetap seimbang.
Tanpa adanya campur tangan manusia,
lingkungan hidup belum tentu dapat terawat. Maka dari itu, penduduk mesti
berperan aktif dalam upaya menyelamatkan lingkungan.
Dalam rangka berperan aktif dalam
menyelamatkan lingkungan di antaranya adalah:
- Peran sebagai pengelola, bukan penghancur lingkungan.
Saat ini, banyak sekali penduduk yang perannya tidak sesuai dengan kenyataan. Yang mestinya menjadi pengelola, malah yang menjadi pengrusaknya. Pohon ditebang, lahan dieksporitasi dan udara dibuat mengandung penyakit. - Peran sebagai penjaga, bukan perusak lingkungan.
Kalau dalam diri penduduk sudah sadar akan pentingnya lingkungan hidup untuk kehidupannya. Maka, mereka akan menjadi penjaga, bukan menjadi perusak demi kepentingan pribadinya.
Sebab itulah pendidikan lingkungan di
butuhkan dan harus diberikan kepada anak sejak dini agar mereka mengerti dan
kelak tidak merusak lingkungan.
Pendidikan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap kependudukan, diantaranya:
- Aspek Kognitif
Pendidikan lingkungan mempunyai fungsi terhadap kognitif yakni untuk meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan lingkungan kependudukan, selain itu meningkatkan daya ingat, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi terhadap kondisi yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya. - Aspek Afektif
Sementara itu, Pendidikan lingkungan berfungsi juga dalam aspek afektif, yakni dapat meningkatkan penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan karakteristik kepribadian dalam menata kehidupan dalam keselarasan dengan alam. Sehingga, adanya penataan teradap kependudukan dilingkungan hidupnya. - Aspek Psikomotor
Dalam aspek psikomotor, fungsi Pendidikan Lingkungan cukup berperan dalam peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan dalam tentang lingkungan yang ada disekitar kita, dalam upaya meningkatkan hasanah kebudayaan misalnya. - Aspek Minat
Dalam aspek terakhir ini juga, fungsi dari pendidikan lingkungan terhadap kependudukan, yang dalam hal ini adalah penduduknya meningkat dalam minat yang tumbuh dalam dirinya. Minat tersebut, digunakan untuk meningkatkan usaha dalam menumbuhkan kesuksesan kependudukan yang ada.
Sjarkowi (2005), mengatakan bahwa
membangun kadar pemahaman yang seimbang tentang peran aktif manusia pembangunan
di tengah lingkungan hidupnya, maka di seluruh penjuru nusantara perlu
diselenggarakan program penghijauan kurikula (Greening The Curicules) seperti
digagas Collet, J & S dan Karakhaslan (1996).
Dengan pola dan bobot pendidikan yang
berwawasan lingkungan itu maka kadar kesepahaman antar sesama manusia
pembangunan dan bobot kerjasama pro-aktif dan reaktif mereka terhadap bencana
dan kerugian lingkungan pun akan dapat ditumbuhkan dengan cepat secara internal
daerah atau bahkan kebangsaan maupun internasional.
Bencana lingkungan hidup seperti
kebakaran, banjir, longsor dan lainya dapat merusak sumber daya alam. Sekali
dimensi kelestarian sumber daya itu mengalami kerusakan tentunya akan sulit
dipulihkan. Maka dapat dimengerti betapa pentingnya merealisasikan program
pendidikan lingkungan, agar lingkungan terjaga keseimbangannya… Semoga …
Pendidikan Lingkungan Hidup
Dalam kehidupan ini segala sesuatu yang kita lakukan perlu diketahui ilmunya agar semua yang dilakukan tidak sia-sia nantinya.Begitupun terhadap alam jika kita ingin alam mencintai kita,maka kitapun harus mencari tahu bagaimana ilmu untuk mencitai alam.Sebenarnya ilmu semacam ini hendaknya diperkenalkan sejak usia dini agar timbul rasa untuk mencintai alam sedini mungkin.Sejarah pendidikan lingkungan hidup di Indonesia timbul sejak tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan dimasukkan ke dalam pendidikan formal dengan dibentuknya mata pelajaran Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup (PKLH). Depdikbud merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke dalam semua mata pelajaranPada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.
Di tahun 1996 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2004 tercatat 192 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.
Selain itu, terbit Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdikbud juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan lain-lain. Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.
Pada tanggal 5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama nomor: Kep No 07/MenLH/06/2005 No 05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Di dalam keputusan bersama ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang telah ada.
Dalam pendidikan lingkungan hidup sendiri harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
- Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
- Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang.
- Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain;
- Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
- Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
- Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan;
- Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut;
- Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;
- Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan;
- Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
- Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first – hand experience).
Pendidikan Lingkungan hidup bisa dimulai dari komunitas yang paling kecil yakni keluarga. Keluarga mempunyai peranan penting dalam memberikan pendidikan lingkungan kepada anak-anaknya. Bentuk yang paling kongkrit dari pendidikan dalam keluarga adalah mengajarkan anak-anak untuk membuaang sampai pada tempat sampah yang sudah disediakan.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan lingkungan karena keluarga merupakan ujung tombak pendidikan bagi anak-anaknya. Bila sejak dini anak-anak sudah diajarkan dengan pemahaman yang baik akan lingkungan hidup maka pendidikan lingkungan hidup sekolah akan berjalan dengan baik dan mendapat sambutan yang baik dari anak didik dan Pada akhirnya kerusakan dan permasalahan lingkungan yang terjadi akibat aktifitas kehidupan sehari-hari dapat dikurangi atau bahkan dihindarkan. Sehingga sumber daya alam yang ada bisa terus dilestarikan dan akhirnya bisa dinikmati dan diwariskan kepada generasi mendatang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar