Artikel
adalah karangan
faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan
(melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan
fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.
a. Isi
Artikel
Isi
Artikel dapat bermacam-macam, beberapa contoh yang sering kita baca :
- Sejarah
- Petualangan
- Argumentasi
- Hasil penelitian
- Bimbingan untuk melakukan/ mengajarkan sesuatu.
1.
Penulis Artikel Artikel
b.
Penulis
Artikel Merupakan Orang atau Individu yang bertindak dalam pengarangan sebuah
tulisan, penggabungan beberapa kata menjadi kalimat yang menrik dan enak dibaca
sehingga membuat pembaca merasakan dapat mengetahui apa yang sebelumnya tidak
mereka ketahui sebelumnya.
Penulis
Artikel Bermacam-macam kriterianya, sebagai berikut :
- Penulis Artikel Buku
- Penulis Artikel Berita
- Penulis Artikel Marketing
- Penulis Artikel Online
- Penulis Artikel Narasi
- Penulis Artikel Naskah
c. Jenis dan Cara Penulisan Artikel
·
DESKRIPSI
Karangan
ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Contoh deskripsi berisi fakta:
Hampir semua pelosok Mentawai indah.
Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan
ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga
menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai.
Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang
menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.
Contoh deskripsi berupa fiksi:
Salju tipis melapis rumput, putih
berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal
musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan
menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang
meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.
Topik yang tepat untuk deskripsi
misalnya:
Keindahan
Bukit Kintamani Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional
Keadaan ruang praktik Keadaan daerah yang dilanda bencana Langkah menyusun
deskripsi: Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan Tentukan tujuan
Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan
Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi,
urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan Kembangkan kerangka menjadi
deskripsi
·
NARASI
Secara
sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik.Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta:
c)
Kisah pengalaman.
a)
Novel
c)
Cerbung
d)
Cergam.
Pola narasi secara sederhana:
a)
Awal
b)
Tengah
c)
Akhir
Awal narasi biasanya berisi
pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat
menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang
memunculkan suatu konflik. Konflik
lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai
klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda
ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan
panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita
dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno
Ir. Soekarno, Presiden Republik
Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928.
Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena
keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno bersama Mohammad Hatta
sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada
tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai
Presiden RI pada tahun 1949.
Contoh narasi fiksi:
v Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang
menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan
kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang
terasa begitu menyiksa.
v Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku
ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah
kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
v Langkah menyusun narasi (fiksi):
v Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif,
dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan
menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku
ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.
·
EKSPOSISI
Karangan
ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian,
dapat dilengkapi dengan grafik,
gambar atau statistik. Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan
mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi,
pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan,
juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan
informasi keuangan.
Dalam bidang auditing pekerjaan
akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai
kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
Topik yang tepat untuk eksposisi,
antara lain: Manfaat kegiatan ekstrakurikuler Peranan majalah dinding di
sekolah Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil. Tidak jarang
eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian
lazim disebut paparan proses.
Contoh paparan proses:
·
Cara mencangkok tanaman:
§ Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut
secukupnya.
§ Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan
diameter kira-kira 1,5 sampai 2 cm.
§ Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas
sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.
Langkah menyusun eksposisi:
o Menentukan topik/ tema
o Menetapkan tujuan
o Mengumpulkan data dari berbagai sumber
o Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
o Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
·
ARGUMENTASI
Karangan
ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/
fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan
pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta
atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa
dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara
kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi
nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab,
berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat
dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
Tema/ topik yang tepat untuk
argumentasi, misalnya:
Disiplin
kunci sukses berwirausaha Teknologi komunikasi harus segera dikuasai Sekolah Menengah Kejuruan
sebagai aset bangsa yang potensial Langkah menyusun argumentasi: Menentukan
topik/ tema Menetapkan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih Mengembangkan kerangka
menjadi karangan argumentasi
·
PERSUASI
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu.
Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik
berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan
penulis dalam karangannya.
Topik/ tema yang tepat untuk
persuasi, misalnya:
Katakan
tidak pada NARKOBA Hemat energi demi generasi mendatang Hutan sahabat kita
Hidup sehat tanpa rokok Membaca memperluas cakrawala Langkah menyusun persuasi:
Menentukan topik/ tema Merumuskan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi.
2. Pengertian Karya Tulis
Karya tulis mempunyai banyak ragam tergantung dari tujuan,
manfaat, sumber penulisan, dan aspek-aspek lainnya. Berdasarkan sumbernya,
secara umum karya tulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu karya fiksi
(tidak ilmiah) dan non fiksi (ilmiah). Karya fiksi merupakan karya tulis yang
sumbernya semata-mata imajinasi, fantasi, atau rekaan dari si penulis. Tujuan
orang menulis fiksi biasanya untuk menghibur atau bisa jadi untuk mengungkapkan
isi hati penulis. Karya sastra merefleksikan situasi masyarakat tertentu.
Contoh dari karya tulis jenis ini adalah karya sastra: novel, cerpen, puisi,
dan lain-lain.
3. Text Rumpang (english)
Text Rumpang adalah text yang bolong
alias ada beberapa bagian dalam text yang tak lengkap atau hilang yang perlu
kita isi atau kita lengkapi.
4.
Seminar
Seminar pada umumnya merupakan sebuah
bentuk pengajaran akademis, baik di sebuah universitas
maupun diberikan oleh suatu organisasi komersial atau profesional. Kata seminar
berasal dari kata Latin seminarum, yang berarti "tanah
tempat menanam benih".
Sebuah seminar biasanya memiliki fokus pada suatu
topik yang khusus, di mana mereka yang hadir dapat berpartisipasi secara aktif.
Seminar seringkali dilaksanakan melalui sebuah dialog dengan seorang moderator
seminar, atau melalui sebuah presentasi hasil penelitian dalam bentuk yang
lebih formal. Biasanya, para peserta bukanlah seorang pemula dalam topik yang
didiskusikan (di universitas, kelas-kelas seminar biasanya disediakan untuk
mahasiswa yang telah mencapai tingkatan atas). Sistem seminar memiliki gagasan
untuk lebih mendekatkan mahasiswa kepada topik yang dibicarakan. Di beberapa
seminar dilakukan juga pertanyaan dan debat. Seminar memiliki sifat lebih
informal dibandingkan sistem kuliah di kelas dalam sebuah pengajaran akademis.
Perlu dicatat bahwa di beberapa universitas Eropa, sebuah seminar
dapat berarti kelas kuliah yang besar, khususnya ketika dibawakan oleh ahli
yang termasyhur (tanpa memperhatikan jumlah hadirin atau jangkauan mahasiswa
yang berpartisipasi dalam diskusi).
5.
Wawancara
Wawancara (bahasa Inggris: interview)
merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di
mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh
orang yang diwawancarai.
Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa
wawancara dapat menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan
seorang calon/ kandidat untuk suatu posisi, jurnalis, atau
orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun
mencari informasi.
a. Bentuk wawancara
Bentuk-bentuk wawancara antara lain:
- Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
- Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
- Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
- Wawancara pribadi.
- Wawancara dengan banyak orang.
- Wawancara dadakan / mendesak.
- Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang, pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.
Sukses tidaknya wawancara selain ditentukan oleh
sikap wartawan juga ditentukan oleh perilaku, penampilan, dan sikap wartawan.
Sikap yang baik biasanya mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara
akan berlangsung akrab alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup
ikut ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik
pembicaraan baik oleh nara sumber maupun wartawan.
b. Jenis-Jenis wawancara
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1.
Wawancara
bebas
Dalam wawancara bebas,
pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden, namun harus
diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang diinginkan.
Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
2.
Wawancara
terpimpin
Dalam wawancara terpimpin,
pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.
3.
Wawancara
bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas
terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin,
yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa
yang ditanyakan secara garis besar.
c. Sikap-Sikap yang Harus Dimiliki Pewawancara
Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat
menciptakan suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki
seorang pewawancara adalah sebagai berikut:
- Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
- Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si responden.
- Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden bagaimanapun keberadaannya.
- Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar